Keistimewaan buku ini justru terletak pada penggambarannya mengenai rasisme seharihari yang terkadang tidak tampak, namun bukan berarti tidak membawa efek negatif. Di samping itu, kekerasan yang tidak dialami sendiri pun, tetap hadir sebagai bayang-bayang yang menakutkan, sehingga bukan tidak memiliki pengaruh terhadap hidup Anne. Dalam proses penulisan dengan metode autoetnografi, yaitu dengan mengamati diri, menggali memori, lalu merenungkan dan menganalisis hasil pengamatan dan penggalian tersebut, Anne kerapkali harus berjuang untuk mengenali rasisme yang sudah dialaminya. Saking terbiasa dirinya di-ras-kan, sehingga tidak jarang ia sendiri tidak sadar betapa apa yang dialaminya adalah sesuatu yang tidak seharusnya, karena mengandung unsur diskriminasi. Autoetnografi memang bukan sebuah proses yang mudah. Kesakitan yang tadinya direpresi, terkuak keluar. Dengan demikian, autoetnografi diharapan memiliki efek terapeutis tertentu, di samping membawa pencerahan bagi pembaca, dengan mengajaknya memasuki pengalaman-pengalaman personal yang tadinya berada di luar jangkauannya. [KATA PENGANTAR]