Pendidikan Nasional dalam Reformasi Politik dan Kemasyarakatan
ISBN: 978-979-8927-87-4
Rp. 45.000,00
Harga Offline: Rp. 36.000,00
Stok: 222
Orang-orang yang merasa terpanggil untuk berkarya di bidang pendidikan bisa saja berganti, pergi atau datang, sesuai dengan hukum alam, namun pendidikan itu sendiri merupakan suatu proses yang tak kunjung usai. Maka kita yang masih berada di lapangan, terpanggil untuk melanjutkan pembangunan sistem pendidikan yang ideal, menurut cara dan pengetahuan serta keyakinan masing-masing, yang diilhami oleh tuntutan zaman sekarang atau zaman yang akan datang yang diprakirakan. Ya, suatu sistem pendidikan yang ideal, demi memungkinkan pertumbuhan ideal di dalam diri warga, mengingat masyarakat manusia di zaman apa pun membutuhkan kehadiran para idealis di kalangannya. (Daoed YOESOEF) Dengan mempergunakan pandangan yang sangat umum dapat dibedakan dua jenis kelemahan dasar, yaitu ¯kelemahan akademik¯ dan ¯kelemahan pedagogik¯. ¯Kelemahan akademik¯ ialah kurang kuatnya penguasaan guru terhadap materi pendidikan yang harus mereka sampaikan kepada para siswa; sedangkan ¯kelemahan pedagogik¯ ialah kelemahan guru dalam membimbing siswa menjalani proses pendewasaan atau ¯menjadi manusia¯ mereka. Kedua jenis kelemahan ini selalu kita jumpai kembali dalam kebanyakan guru-guru kita. (Mochtar Buchori) Ternyata pendidikan multikultural sangat sesuai dengan deklarasi universal dalam membangun dan bangunan millennium ketiga, yaitu upaya untuk mengatasi berbagai ketimpangan yang terjadi di dalam kehidupan manusia, kehidupan global, termasuk di Indonesia. Pendidikan multikultural adalah sejiwa dengan pedagogik equity atau upaya mencari kesetaraan kehidupan manusia yang mengakui the dignity of man. Pendidikan multikultural adalah partisipasi masyarakat dan bangsa Indonesia dalam mewujudkan kehidupan dunia yang lebih serasi yaitu berupaya mengatasi berbagai kepincangan di dunia ini. (H. A.R Tilaar) Ketika sekolah-sekolah formal (baik negeri maupun swasta) sudah terjebak dalam hegemoni negara dan tidak berdaya untuk mengakhiri gejala dehumanisasi dalam pendidikan dan ketika lembaga-lembaga pelatihan nonformal (kursus dan lembaga bimbingan belajar) sudah terjebak dalam industrialisasi dan komodifikasi, sekolah-sekolah alternatif diharapkan bisa menembus kebekuan dan status quo dalam sistem pendidikan nasional. (Anita Lie)
kembali
Penulis | Paul Suparno, S.J., Augustinus Supratiknya, Tarsisius Priyo Widiyanto, .... [et al.] |
Penerbit | USD |
Suplier | USD |
Perkiraan Berat | 351 gram |
Tahun Terbit | 2008 |
Halaman | 271 |