Semua penduduk pribumi memiliki peluang yang sama, dan pendidikan yang baik menjadi sarana untuk mendapatkan sebuah tempat di kantor pemerintah. Padahal pendidikan pribumi masih terbatas pada kelompok elite; hanya keluarga-keluarga yang memiliki cukup uang mampu mengirim anak-anak mereka ke sekolah. “Setelah seratus tigapuluh tahun pendidikan, kita masih dihadapkan pada masalah yang sama: pendidikan seharusnya memicu perkembangan ekonomi, seharusnya memampukan orang untuk memperbaiki taraf hidup mereka, seharusnya menolong mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, dan untuk mencapai level sosial yang lebih tinggi, dst.” Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa sekolah-sekolah di Muntilan dan Mendut praktis menjadi satu-satunya sekolah swasta yang menjawab tantangan jaman. Bahwa sekolah ini sekolah Katolik tidak menjadi soal; kepribadian Pater van Lith dan cintanya yang tulus pada orang Jawa mengatasi segala hambatan. “Ada satu hal yang amat menarik yang saya amati dari sekolah ini. Di sini para missionaris membiarkan para siswa mempertahankan kebiasaan mereka. Mereka dibiarkan bebas. Artinya, para siswa tidak dididik seperti orang Eropa. Dalam segala aspek mereka dibiarkan hidup sebagai pribumi.”