Buku ini merupakan risalah dari pemikiran Soekarno yang tertuang dalam buku Dibawah Bendera Revolusi Jilid I. Dalam konteks post truth sekarang ini, pemikiran Bung Karno sangat relevan dan menjadi oase bagi masyarakat, khususnya kaum intelektual, dalam memahami pergeseran nilai-nilai sosial dan politik yang terjadi pada bangsa ini. Pada bagian pendahuluan disebutkan banyak tulisan pemikiran Bung Karno menjadi rujukan bagi para peneliti dan penulis buku, seperti John D. Legge, Bernhard Dahm, John Ingleson, Peter Kasenda, Yudi Larief, dll. Karya tulis Soekarno sungguh fenomenal, bukan saja di zamannya namun juga di masa kini. Gagasan-gagasannya mengenai pentingnya persatuan antar komponen pergerakan nasional guna melawan kolonialisme-imperialisme sungguh menjadi penyemangat bagi anak bangsa. Isu-isu aktual pada waktu itu (1926-1941) dirangkaikan dengan gagasan-gagasan konseptual-prinsipial serta seruan-seruan untuk bersikap dan bertindak, dan ini menjadi perbincangan pada bab kedua. Pemikiran-pemikiran Soekarno bukan melulu berkutat pada permasalahan politik, namun juga memperhatikan permasalahan ekonomi yang perlu disikapi dan diatasi. Perlawanan sosial-ekonomis, "Swadeshi dan Massa-Aksi Indonesia" menjadi fokus utama Soekarno dalam melawan imperialisme Belanda. Langkah strategis tidak cukup hanya mengandalkan Swadeshi, tetapi musti disertai gerakan massa yang lebih luas dan tindakan yang langsung menantang struktur kolonial. Pada bab ketiga, pemikiran-pemikiran Soekarno tidak hanya dicoba dimengerti karakter konstruktif, edukatif, dan inspiratifnya, tetapi juga keseriusannya yang amat tinggi dalam menyusun tulisan atau gagasan. Oleh karena itu, pada bab ini fokusnya adalah mendeskripsikan sumber-sumber rujukan yang dipakai, yang begitu masif dan elaboratif. Dalam rangka "merajut masa depan Indonesia", secara piawai Soekarno menghadirkan banyak pemikiran dan fenomena kebangsaan yang terjadi di banyak negeri dan dijalani oleh bangsa-bangsa lain. Semangat kebangsaan yang hendak ditumbuhkan diantara orang-orang Indonesia, menggerakkan, bahkan mensyaratkan, kepada Soekarno untuk menghadirkan sederet tokoh beserta gagasan dan prakarsa kebangsaan masing-masing ke dalam karya publikasinya. Sementara itu, diskursus pada bab keempat berfokus pada persoalan pendekatan yang dipakai Soekarno untuk menyusun tulisan-tulisan inspiratifnya selama rentang waktu 1926-1941. Dari enam puluh tulisannya, tertangkap kuat perihal sedemikian tingginya intelektualitas, nasionalitas, dan humanitas Soekarno.