Di era informasi ini, begitu mudahnya kita mendapatkan berita-berita, baik di tingkat lokal maupun nasional. Mulai dari penyalahgunaan uang kas negara, beredarnya narkoba, pembunuhan, illegal logging, dan kasus-kasus lainnya, yang secara tidak sadar, mempengaruhi dinamika kehidupan sosial. Kasus-kasus ini membuat kita bertanya, "Mengapa hal tersebut bisa terjadi?" Seolah-olah, pemberitaan di Indonesia tidak ada habisnya. Alangkah lebih elok apabila kita menelusuri akar dari permasalahan, "Mengapa manusia berbuat sekeji itu?". Tujuannya agar kita tidak salah kaprah dalam menginterpretasikan atau menggeneralisasi berita-berita yang viral. Karena menggeneralisasi tanpa adanya dasar ataupun ilmu yang berkaitan dengan suatu perkara, hasilnya akan terjadi logical fallacy, bukan? Telah kita pahami bahwa manusia adalah makhluk yang dapat dididik dan perlu dididik. Di pihak lain, telah kita pahami pula bahwa eksistensi manusia tiada lain adalah menjadi manusia. Inilah keharusannya, sebagaimana dinyatakan oleh seorang filsuf dari Jerman, Karl Japers, bahwa: "To be a man is to become a man"/ ada sebagai manusia adalah menjadi manusia. Adapun manusia akan dapat menjadi manusia, salah satunya melalui pendidikan. Implikasinya adalah pendidikan tiada lain adalah humanisasi.