Membuka buku kecil ini kita langsung terkesan luasnya wawasan, perasaan dan pemikiran yang mengarang. Kita temukan di sini kesan perjalanan, rasa kagum pada keindahan alam dan peninggalan zaman lama, sejarah mutakhir Indonesia dan Rusia termasuk paradoksnya yang minta dipahami dan dijelaskan, permasalahan dunia zaman ini, juga cinta kepada teman hidup, rindu pada bunda sendiri yang lama ditinggalkan, kebanggaan sebagai ayah dan sebagai pengajar, rasa terima kasih kepada bekas guru bahasa Rusia, pemaafan kepada bekas musuh kemerdekaan Indonesia yang sudah jauh menua renta, penyesalan nasib teman perantau jauh dari tanah air, malah kenangan pada zaman Hindia Belanda yang sempat dialami waktu masih kecil. Si aku ("tokoh liris" menurut istilah ilmu susastra Rusia) cenderung memperhadapkan masa silam dengan masa sekarang, sehingga membuat kita mempertanyakan hidup, mendorong pemikiran kita sendiri. Sikap humanistis dengan tidak pandang bangsa dan ras nampak dalam kalimat Terjalin cinta antara bangsa Memupuk kasih sesama manusia (Cinta) Sajak-sajak ini mencerminkan sumbangan berharga penulisnya dalam usaha memperdalam saling pengenalan dan pengertian antara bangsa Rusia dan Indonesia.